Deburan ombak menjadi teman bicara dan angin pantai menjadi penyejuk
gerah yang melanda. Karenina namaku, biasa dipanggil Karen. Aku sedang
menikmati deburan ombak dan angin pantai yang membelai rambut dan
wajahku. Ingatanku kembali ke cerita lima tahun yang lalu di pantai yang
sama.
Lima tahun yang lalu…
Aku baru saja kembali dari
berjalan-jalan di mal dekat pantai ini bersama temanku Dewi. Kedua
temanku yang lain, Aldrian, dan Sony masih duduk anteng menunggu di
kafe. Setibanya di kafe aku melihat ada seseorang yang duduk di kursi
yang sebelumnya aku tempati dan dia ternyata adalah teman Aldrian. Kami
pun berkenalan. Namanya Randy. Dan ia akan bergabung bersama kami
jalan-jalan ke Dufan esok harinya.
Hari itu adalah hari yang
menyenangkan seharian kami menjerit-jerit dan tertawa-tawa mencoba
menaiki semua wahana yang ada memuaskan diri dengan semua permainan yang
ada. Bahkan kami juga menyempatkan diri melihat berbagai pertunjukan
musikal. Malamnya kami terkapar kelelahan, kami berkumpul di tepi pantai
dan melanjutkan obrolan sambil mendengarkan musik.
Di tengah
gemuruh ombak, melantunlah Akad yang dinyanyikan oleh Payung Teduh.
Tanpa sadar aku berseru pada Aldrian,” Duh Al, aku pengen deh dinyanyiin
lagu ini sama cowok. Sedih ya aku gak pernah dinyanyiin lagu sama cowok
di usia yang hampir dekat kepala tiga.”
"Sini aku yang nyanyiin
buat cece.” Dari arah belakang Randy menyeletuk sambil mengambil gitar.
Ia mengotak-atik gitar dan mempelajari lagu itu. Aku membantunya mencari
chord gitar agar dia lebih mudah belajar.
Setengah jam berlalu. Petikan gitar pun mulai mengalun dari tangan Randy. Spontan aku menyalakan ponselku dan merekam momen itu.
Sudilah kau temani diriku
Sudilah kau menjadi temanku
Sudilah kau menjadi istriku
Randy
menyanyikan tiga baris terakhir lagu tersebut sambil menatap kamera dan
itu menyebabkan desiran-desiran halus mulai merambah ke relung hati
seolah dia menyanyikan lagu itu sambil menatapku langsung. Cepat-cepat
aku membuang desiran-desiran halus itu dan menetralkan perasaanku karena
biasanya desiran halus itu tidak pernah berakhir baik. Aku harus
menjaga hatiku dengan baik agar tidak terluka dan hancur
berkeping-keping lagi. Kulewati tidur di malam itu dengan jantung yang
berdebar kencang tiada henti.
Malam itu aku mengingat kembali
momen di pantai saat aku dan Randy mengobrol dan bercanda layaknya teman
yang sudah lama tidak bersua padahal aku baru mengenalnya dua hari yang
lalu. Pembicaraan kami meluncur dengan mulusnya tanpa kesulitan
komunikasi sedikitpun seolah kami tidak pernah kehabisan topik
pembicaraan.
Momen kebersamaan kami beberapa bulan setelahnya
terus terputar seperti film bioskop dan aku termenung cukup lama sambil
menikmati suasana pantai sore itu. Tiba- tiba ada yang menepuk pundakku
dan aku pun menoleh hanya untuk melihat Randy yang berdiri gagah di
bawah pancaran matahari senja.
“Hai Karen.”
“Hai.”
Setelah
saling menyapa, kami hanya terdiam sambil saling menatap satu sama
lain, seolah sedang mencari kenangan masa lalu yang terlupakan. Namun
akhirnya Randy bersuara memecah keheningan di antara kami.
“Ini titipan yang kamu minta.”
Aku
mengambil bungkusan yang diserahkan Randy dan melihat isinya, sesuai
dengan apa yang aku pesan. "Terima kasih," ujarku menyunggingkan senyum.
“Papaaaaa!!"
Terdengar
teriakan disusul bayangan seorang anak kecil yang menghampiri Randy.
Seorang wanita berambut panjang menyusul anak kecil tersebut hingga ke
hadapan Randy. Randy pun menggendong anak lelaki itu dan mengenalkannya
sebagai anak laki-laki semata wayangnya. Randy juga mengenalkan wanita
yang menyusul di belakang tadi sebagai istrinya. Mereka mengajakku untuk
makan malam bersama namun kutolak dengan halus. Mereka pun pergi
meninggalkan pantai itu dan aku hanya bisa memandang punggung mereka
ditemani matahari senja.
Aku sudah tahu bahwa Randy telah
berkeluarga tiga tahun yang lalu namun aku tidak percaya dan ingin
membuktikan sendiri. Pembuktianku menghasilkan air mata yang terus
mengalir seiring hilangnya bayangan punggung mereka dari hadapanku
ditemani matahari senja.
Cerita telah diterbitkan di LINE TODAY dan diikutkan dalam LINE TODAY Writing Contest July 2019: Friend-zone